
Dalam hal kasus serangan harimau atas manusia, dari semua jenis harimau, tak satupun yang menyamai rekor korban serangan harimau Bengala (saya sendiri pernah mengalami bagaimana rasanya menjadi target harimau Bengala, hiks…). Dan di antara beberapa insiden serangan harimau Bengala, yang paling spektakuler adalah penyerangan seekor harimau betina pada tahun 1907 (atau 1911 menurut versi lain).
Mulanya, betina garang yang dijuluki “Harimau Betina dari Champawat” ini melakukan pembantaian di Nepal dan menewaskan 200-an orang. Para pemburu dikerahkan namun harimau itu terlalu licin untuk ditaklukkan. Ia menjadi jarang memunculkan diri, seolah mengerti bahwa nyawanya terancam. Pemerintah Nepal akhirnya memutuskan untuk mengerahkan sepasukan tentara guna memburunya. Namun bahkan Tentara Nepal-pun gagal membunuhnya. Mereka hanya berhasil mendesak posisi harimau itu ke sungai Sarda, yang memisahkan wilayah Nepal dengan India. Sang harimau menyeberang ke India, dan melanjutkan ‘aktifitas’nya di sana dan merenggut nyawa 236 orang penduduk. Dilaporkan bahwa setiap kali harimau ini melakukan pembunuhan, ia menjadi semakin berani dan nekad. Ia mulai melakukan intimidasi, teror dan penyerangan di siang hari. Para penduduk tak lagi berani meninggalkan rumah mereka untuk berakrtifitas, karena auman sang harimau masih sering terdengar di sekitar mereka.
Jim Corbett pun terpanggil. Pemburu berpengalaman yang pada usia 8 tahun telah sukses membunuh seekor leopard ini berhasil menemukan jejak sang harimau dengan menyusuri ceceran darah dan potongan tubuh korban terakhirnya, seorang gadis berusia 16 tahun. Jim Corbett adalah seorang pemberani, namun toh pria itu tak bisa menahan kengeriannya melihat pemandangan horor di hadapannya.


Bicara jumlah korban, tak disangsikan lagi bahwa “Harimau Betina dari Champawat” ini adalah predator pembunuh manusia paling ‘produktif’ dalam sejarah. Rekor korban kebuasannya yang berjumlah total 436 orang tewas (tanpa menutup kemungkinan ada korban lain yang tak tercatat), nyaris tak tertandingi, bahkan oleh manusia yang menjadi pembunuh berantai paling gila sekalipun. Mungkin, hanya ada 1 orang pembunuh berantai yang menyamai, bahkan mengalahkan reputasi “Harimau Betina dari Champawat”, yaitu seorang Putri Bangsawan berkebangsaan Hungaria bernama Elizabeth Báthory (1560 – 1614). Konon, wanita ini ingin mempertahankan kemudaannya dengan mandi darah perawan. Maka, bersama empat pembantunya, ia membunuh lebih dari 650 orang gadis. ‘Lucunya’, tuan putri haus darah ini dikenal dengan julukan “Harimau Betina dari Csejte“!
KOMENTAR SAYA: Harimau dikenal sebagai keluarga macan paling besar dibanding anggota panthera yang lain, khususnya sub-spesies harimau Siberia, yang bisa mencapai ukuran panjang lebih dari 3 meter dan bobot 300 kg. Tak seperti singa, harimau lebih suka berburu sendirian dan dikenal sebagai ambush predator (pemangsa yang menggunakan metode menyergap untuk menangkap korbannya).


***
Secara spesifik, kerutalan si Betina dari Champawat maupun Leopard Panar, berdasarkan data dan informasi yang saya dapatkan, dipicu oleh kondisi ‘terpaksa’. Kedua macan ini dilaporkan mengalami cedera oleh ulah pemburu. Cedera itu membuat mereka tak mampu berburu binatang-binatang liar yang selama ini menjadi mangsa alaminya. Sebagai perbandingan, seekor harimau yang sehat saja rata-rata hanya sukses 1 kali dari 15 kali perburuannya.
Terdorong upaya untuk bisa survive, akhirnya macan-macan ini turun gunung dan mengalihkan sasarannya pada mangsa yang lebih mudah diperoleh dan jumlahnya pun melimpah: manusia. Dan wajar jika kemudian mereka menjadi ketagihan dan mengakibatkan jumlah korban yang besar. Illustrasinya begini: Anda tak bisa mendapatkan makanan yang biasa Anda peroleh. Anda menjadi kelaparan. Lalu Anda disuguhi makanan lain yang berbeda dari yang selama ini Anda konsumsi. Rasa lapar tentu membuat Anda akan segera menyantapnya tanpa perlu berpikir dua kali. Lalu tiba-tiba Anda menyadari satu hal: makanan baru ini lebih nikmat daripada yang biasa Anda makan, dan ketersediaannya pun lebih dari cukup serta mudah pula diperoleh. So, why not?
(Bersambung ke Man-Eaters # 01, In Syâ' Allâh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar