AWaRD DaN Si 'PeNYELaMaT'!!!

Alhamdu li-Llāh...

Sang kekasih tersayang kembali membingkiskan award keren ini. Untuknya, kuhaturkan terimakasih besaaaaaaaaaaaaaaaaar sekali, lebih besar dari paus hamil disengat monas sampe bengkak2!!!

Award ini, seperti biasa, diantarkan dan sekaligus dipasangkan oleh Pak Sukalér. Dan seperti biasa pula, setelah memajang award saya, kami duduk2 sambil ngobrol, ditemani 2 cangkr kopi dan asap rokok yang membubung tinggi...

"Pak," kata saya membuka percakapan. "Di kampung kita, Pak Sukalér ini dah terkenal, lho..."

"Oiya?" Pak Sukalér terdongak. "Terkenal apanya, Mas?"

"Ya, Pak Sukalér, kata orang2, suka membantu, baik hati, rajin menabung dan ga sombong," kata saya. Terlihat wajah pria separuh baya itu memerah, sementara telinganya pelan namun pasti mulai men-download bentuk telinga gajah.

"Ah, masak mereka bilang gitu, Mas?" tanya Pak Sukalér, entah kurang yakin, entah karena pengin mendengar lebih banyak pujian tentangnya.

"Iya, Pak," lanjut saya. "Bahkan Bu Kaindong pernah bilang ke temen2 arisannya: 'apapun keperluan kalian, cukup panggil Pak Sukalér, di jamin beres', gitu dia bilang."

Pak Sukalér hanya mesam-mesem, dan proses downloading itu kini mencapai 57%.

"Trus," saya melanjutkan, "Mpok Sukaini..."

"Eh, sebentar, Mas," Pak Sukalér memotong, dengan mata berbinar, "Mpok Sukaini yang janda itu ya, Mas?"

"Iya, Pak. Dia bilang, Pak Sukalér juga suka baek sama dia, suka bantu nyariin kayu bakar, suka bantu jagain kambing2nya. Pokoknya, kalo ketemu Pak Sukalér, Mpok Sukaini bilang sering jadi salting gitu..."

"Ah, ada2 saja mas Partelon ini..." kata Pak Sukalér, tersipu-sipu. Dan status telinganya saat ini adalah "dowloading completed"! Melar semelar-melarnya, lebar selebar-lebarnya, hehehe...

"Eh, Mas. Ingat soal tolong-menolong, saya jadi inget pengalaman Pak Paémut."

"Oya? Apa Pak Paémut juga suka nolongin Mpok Sukaini?"

"Ah, ga Mas!" Pak Sukalér buru2 mengedit. "Mpok Sukaini cuma mau dibantu sama saya kok!" katanya mencoba meluruskan. Dan saya cuma bisa menahan geli, sampai perut ini terasa mulas. Cepat saya bertanya:

"Jadi, kalo gitu, Pak Paémut nolongin siapa dong?"

Pak Sukalér lebih dulu menghisap rokoknya, lalu melanjutkan: "Ceritanya gini Mas,..."

***

Suatu sore, di tepi sebuah pantai...

Pak Paémut berjalan santai menikmati panorama pantai yang indah itu. Sudah lama ia ingin refreshing ke pantai yang pada hari2 libur biasanya selalu ramai. Namun hari ini bukanlah hari libur, dan di kesenyapan yang menggoda itu, Pak Paémut dapat memuaskan hatinya bercengkerama dengan belaian cinta sang angin dan desahan mesra bibir2 ombak yang setia menyapa pantai.

Namun kesyahduan itu tiba2 saja terganggu oleh suara sayup2 teriakan minta tolong dari seseorang!

Pak Paémut segera bangkit dari duduknya lalu bergegas mencari asal suara itu. Ia memerlukan naik ke sebuah gundukan pasir untuk dapat mengetahui, bahwa suara teriakan minta tolong itu ternyata berasal dari laut, di bagian yang agak jauh dari pantai. Tampak oleh Pak Paémut, seseorang tengah mengangkat dan melambai-lambaikan kedua tangannya sedangkan kepalanya timbul tenggelam ditelan ombak.

"Tooloooooonnggg... Glek!!! Tolonnnn...Glek!!!" teriakan2 panik orang itu terdengar terputus2 secara mulutnya sesekali kemasukan air laut.

Tanpa buang tempo, Pak Paémut langsung melompat dan dengan lihay berenang menuju orang yang jelas sedang terancam mati tenggelam itu!

Si malang, begitu ia melihat Pak Paémut melompat dan berenang cepat ke arahnya, tentu saja lega bukan kepalang. Harapannya untuk selamat bangkit kembali. "Syukur, ada juru selamat neh", pikirnya sambil terus mengapai-gapai.

Begitu Pak Paémut sampai, ia langsung menarik tangan orang itu sampai kepalanya yang tadi mulai tenggelam muncul kembali.

"Oi, ngapain tereak2!" tanya Pak Paémut.

"Lho, saya mau tenggelam kok...!" jawab si malang. Dipegangnya tangan Pak Paémut erat2.

"Mau tenggelam kok malah tereak2!?" Pak Paémut melotot. "Berenang, dong. Berenang!!!"

"Aku gak bisa..glek!..berenang, Pak, Glek!!!" jawab si Malang dengan suara megap-megap.

"Ya belajar, lah! Kalo situ cuma tereak2, kapan bisanya?!" kata Pak Paémut kesal seraya mengibaskan tangan orang itu sampai terlepas. Lalu dengan cepat, tanpa mempedulikan si malang yang kembali tenggelam, Pak Paémut berenang balik menuju pantai, sambil tak lupa membingkiskan sekeranjang omelan ke alamat si malang: "Dasar goblok! Emang dia pikir kalo tereak2 trus bisa berenang?!"