Selasa, 12 Mei 2009

FEAR Of The DARK

Jika Anda membaca profil saya, maka di kolom Film Favorit, Anda akan menemukan beberapa judul film yang secara umum bisa dikelompokkan menjadi 2 macam ‘warna’, yaitu laga (action) dan horor. Mengapa saya katakan “secara umum”? Karena sebenarnyalah, setiap kisah fiksi, terutama film, selalu teramu dari campuran 3 formula utama, yaitu thriller, drama, dan komedi; dengan kadar dominasi yang berbeda, tergantung ‘selera’ sang koki (baca: penulis naskah dan/atau sutradara) tentunya.

Thriller biasa didefinisikan secara bebas dengan “petualangan yang mendebarkan”. Sebuah film yang kental unsur thrillernya lumrah memacu adrenalin penonton dengan mengalurkan rangkaian petualangan seorang atau beberapa orang dalam rangka membendung atau menggagalkan usaha2 jahat pihak lain sambil menyelamatkan banyak makhluk ‘tak berdosa’. Saat sebuah thriller mengangkat tema kematian, alam gaib dan monster seraya menitik beratkan pada upaya membangun atmosfer rasa takut, kengerian dan teror sebagai respon penonton, maka thriller itu kemudian lazim dikenal dengan nama film HOROR. Dengan kata lain, setiap film horor mestilah thriller, dan tidak sebaliknya. Nah, lewat postingan bertajuk Fear of The Dark ini, saya ingin berbagi dengan Anda, tentang apa dan bagaimana film horor.

Sampai saat ini, film horor sering diasumsikan sebagai film2 berbujet rendah dengan rating B dan hanya mengeksploitir kekerasan belaka. Walau begitu, toh banyak studio besar dan sutradara sekaliber Alfred Hitchcock, Tim Burton, Roman Polanski, Stanley Kubrick, William Friedkin, Richard Donner, Francis Ford Coppola, dan George A. Romero yang dengan ‘senang hati’ terlibat bahkan membidani kelahiran film2 jenis ini.

Munculnya film spesialis tukang ngagetin orang ini dimulai pada 1890-an, dengan dirilisnya film bisu pendek karya Georges Méliès dengan judul Le Manoir du Diable (a.k.a. The House of the Devil). Film ini pun dihargai sebagi film horor pertama. Baru pada era 1910-1920-an, film horor yang berdurasi panjang mulai dibuat, pada awalnya, oleh sineas2 Jerman.

Dari amatan saya –sebagai seorang yang sungguh bukan ahli film, tapi hanya ‘ahli’ nonton doang-- film2 horor bisa dikelompokkan dalam 2 jenis dan saya beri nama dengan (judul album/lagu bergenre heavy metal):

1. THEM, untuk film2 horor berbasis supranatural dan alam gaib. Jenis film inilah yang sejak awal sampai sekarang tetap mempertahankan bentuk baku dari kisah bernama horor itu sendiri. Film horor kelompok ini bisa dibagi kembali dalam 2 kategori:

Pertama, film2 horor yang berkutat di seputar karakter utama berujud hantu dan iblis yang divisualisasikan dari mitos, legenda atau novel2 bergenre gothic. Nama2 yang kemudian melekat erat di benak kita antara lain adalah Vampire (makhluk mitos spesialis penghisap darah, yang dipopulerkan oleh John Polidori lewat The Vampyre, 1819), Nosferatu (muncul perdana lewat film karya F.W. Murnau, 1821), Dracula (rekaan Bram Stocker, 1897. Film yang paling berkesan tentangnya adalah karya brilian Francis Ford Coppola, Bram Stocker’s Dracula, 1992), Frankenstein (rekaan Mary W. Shelley, 1818. Karakter ini pertamakali diperkenalkan dalam film pendek rilisan 1910 karya Thomas Edison), Wolf Man (yang dalam tradisi Hollywood lebih terkenal dengan nama “werewolf” ini muncul perdana lewat film karya penulis Curt Siodmak dan sutradara George Waggner, 1941), mummy (dipopulerkan oleh Carl Lemme dalam The Mummy, 1931), zombie atau mayat hidup (sering juga disebut dengan living dead, dipopulerkan oleh Richard Matheson, 1954, dan pertamakali dilayarlebarkan oleh sutradara spesialis zombie, Goerge A. Romero lewat Night of The Living Dead, 1968), dan lainnya. Dari dalam negeri kita juga mengenal nama2 legendaris semacam Kuntil Anak, Sundel Bolong, Wewe Gombel, dan yang terkini, Suster Ngesot. Namun dari sekian nama itu, Om Drakula-lah ‘selebritis’nya. Om berwajah pucat dan suka tidur dalam peti mati ini adalah yang paling banyak difilmkan –konon sampai mencapai 160 film--!

Kedua, film2 horor yang lebih menekankan bukan pada karakter tertentu, tapi pada suasana atau kesan sebagai ujung tombaknya dengan menjunjung se-konstan mungkin elemen ketakutan di sepanjang film. Amytiville Horror (1979), Haunting (1963), House on Haunted Hill (1959), Village of The Damned (1960), Death Ship (1980), Sleepy Hollow (1999), Stephen King`s Rose Red (2002); lalu ada Beranak Dalam Kubur (1972), Dikejar Dosa (1974), Bisikan Awah (1988) dan Jelangkung (2001); sampai yang akhir2 ini menjadi kesukaan Hollywood untuk meremark, J-Horrors (istilah untuk film2 horor made in Jepang) semacam Ringu (a.k.a. The Ring, 1988), Ju-on (a.k.a. The Grudge, 2000) dan Honogurai Mizu No Soko Kara (a.k.a. Dark Water, 2002;) adalah sedikit contoh dari ratusan film kategori ini.

2. KILLERS, untuk film horor tipe ‘slash and dice’; yang secara vulgar membasahi layar perak dengan banjir darah dan kengerian yang ‘menjijikkan’. Karakteristik film ini ada pada kemunculan ‘monster’ yang sejak awal sampai akhir kerjaannya hanya membunuh dan mempreteli tubuh korban2nya belaka. Film jenis inipun –berdasarkan jenis ‘monster’nya-- bisa dispesifikkan lagi menjadi 2 kategori:

Pertama, film2 yang menggambarkan tingkah gila seorang psikopat. Para pembunuh ‘sakit’ pun mulai berkeliaran di bioskop2 seluruh dunia. Dan kecintaan penonton pada 'mereka' ini melahirkan karakter2 semacam Jason Voorhees (Friday The 13th, 1980), Michael Myers (Halloween, 1978), Leatherface (The Texas Chainsaw Massacre, 1974), Hannibal Lecter (Manhunter, 1986), dan Jigsaw (SAW, 2004) yang film2nya dibuat sampai berjilid2. Ini belum termasuk film2 lain semacam Motel Hell (1980), Alone in The Dark (1982), Hostel (2006), para penjagal kampus yang gentayangan di Scream (1996) dan I Know What You Did Last Summer (1997) serta cerita2 tentang kanibalisme yang dipelopori The Year of The Cannibals (1970).

Kedua, film2 yang meletakkan kata ‘monster’ secara ‘pantas’ dengan meng’kasting’ binatang dan makhluk2 lain diluar manusia sebagai tokoh sentral. Dan beberapa jenis binatang pun telah ‘beruntung’ naik pangkat menjadi ‘binatang’ film; mulai dari binatang yang ‘nyata-nyata’ menakutkan seperti gorilla (Kingkong, 1933), kadal (Komodo, 1999), babi hutan (Razorback, 1984), ular (Anaconda, 1997), singa (The Ghost And The Darkness, 1996), ikan piranha (Piranha, 1978), gurita (Monster from The Ocean Floor, 1954; Tentacles, 1977), buaya (Crocodile, 1979; Alligator, 1980; Lake Placid, 1999), serta --yang paling sering ‘main’ film—ikan hiu dengan berbagai jenisnya (Jaws, 1975; Great White, 1982; Deep Blue Sea, 1999; Red Water, 2003; Megalodon, 2004) dan binatang2 pra sejarah (yang paling fenomenal adalah Jurassic Park, 1992), sampai binatang2 yang aslinya tidak ‘semenakutkan itu’ seperti kelelawar (Bats, 1999) dan laba-laba (Tarantula, 1955); bahkan yang ‘seharusnya’ sama sekali tidak menakutkan semacam kodok (Frogs, 1972), kecoa (Mimic, 2003) dan semut (Empire of The Ants, 1977). Kreatifitas para sineas juga mengundang monster2 ‘tetangga’ kita dari luar angkasa berbondong-bondong menebar kengerian dan teror berdarah-darah di bumi, sebagaimana dalam Alien (1979), Forbidden World (1982), Predator (1987) dan The Abyss (1989).

Namun, ada pula beberapa film horor berwarna 'abu-abu'; film2 yang lebih bercorak action (dengan indikasi one man show-nya) dan meletakkan unsur horor berikut berbagai karakter khasnya ‘hanya’ sebagai background. Captain Kronos (1974), Blade (1998), The Mummy (1999), Underworld (2003), Van Helsing (2004) dan (film adaptasi game) Resident Evil (2002) adalah beberapa contoh film jenis ini.

Apapun tampilannya, toh film horor secara finansial --mungkin— selalu menjanjikan untuk menguras kantong mereka yang rela ditakut2in, secara ia relatif bisa menggali sebanyak mungkin mitos dan ‘ketakutan’ di setiap pelosok dunia sehingga ‘hantu’ bernama ‘bosan’ bisa dihindari. Bahkan dengan berdasar tema dan alur cerita yang ‘umum’ pun, kreatifitas beberapa penulis/sineas dapat melahirkan film2 horror yang secara cerdas mengelaborasi aspek 'artistik' dari kengerian dan kesadisan. Dan Alfred Hitchcook telah mempelopori style horror seperti ini lewat Psycho (1960), yang bisa dikatakan ikut 'berjasa' atas munculnya film2 horror cerdas yang endingnya sukses mengaduk-aduk emosi serta menjungkir-balikkan logika semisal The Sixth Sense (1999), The Others (2001) dan Stephen King’s The Mist (2007)!

Inilah sekedar yang saya tahu...

(diolah dari berbagai sumber)

49 komentar:

  1. Wah lengkap bgt tentang film2 horor. Tapi aku jarang nonton yg horor2..atut!

    BalasHapus
  2. Hehehehe... Ga papa, Mbak. Thx komengnya...

    BalasHapus
  3. wah jago nih bang, ternyata film horor bisa di bagi jadi beberapa kelompok

    saya gak terlalu suka horror yang ada penampakannya, lebih suka horror2 yang ketauan penjahatnya pas endingya, kayak scream :D. Eh saya punya The Mist tapi belum sempet nonton hehehe, nanti saya lihat ah ...

    BalasHapus
  4. Aku sebenernya ga terlalu suka film horor,,tp kl disuruh milih aku lbh suka film horor jepang ato korea sm hollywood ketimbang film horor indo,,bknnya ga mencintai produk dlm negri lho kang,,tp film indo agak gimanaa gt,,hehe...

    Oh ya,, emang ada yah film horor tentang kodok?! Duh padahal kodok kan lucu :p

    BalasHapus
  5. Say hebat ya......
    Lengkap banget penjelasannya, kayaknya yang mo nyarahi ni artikel bingung dekh karena saking lengkapnya...hehehehhehe.
    oiya kalo aku suka yang the blade tuh tapi sekarang udah lupa ceritanya...kakakkak..
    oiya lagi, maaf terlambat datang.....

    BalasHapus
  6. Infonya bagus...salam persahabatan..(dinoe)

    BalasHapus
  7. @JONK:
    Ending The Mist bikin mlongo Bro. Cobain deh...

    @YolizZ:
    Soal horor Indo, beberapa mang asli mutu Neng. Tp ya itu, kalo ada yang mutu, yang laen (banyakan) ngekor tanpa berfikir mengkreasikan sesuatu yang baru. Plus, teknik dan perangkat keras yang di pake juga berpern menentukan bagus ganya sebuah produk film.
    Soal kodok, ditangan sineas horor, dia ga lagi imut, Neng. Coba aja liat sinopsis The Frogs...

    @بوويل:
    Hebat? Apanya, Yank? Ini kan hanya bagian kecil dari "gerak" dan "diam" itu tuh? :P
    The Blade: pembasmi vampir yang memiliki darah vampir juga. Diangkat dari komik terbitan Marvel, dan diperankan aktor capoerista, Wesley Snipes...

    @Sudinotakim:
    Thx n salam persahabatan juga...

    BalasHapus
  8. Duuuh makasih udah di jawab the blade nya say.....
    Emang jago nih Si Say...
    Wong aku melongo Say, waktu nglihat tulisannya Say di Fb tentang Wiro Sableng...Say emang keren....

    BalasHapus
  9. membacanya dalam keadaan tegang.. Eh, kok kayaknya saya pernah mendengar, "Fear of the Dark" itu kayak judul lagunya siapa, ya? :-D

    BalasHapus
  10. Beahh lengkapnya ! atau itu bru sebagaiany ya? Wiehh bnyk bgt !!! Lgsung hunting ah film horor ne...

    BalasHapus
  11. Drpada horor, aku lbh suka thriller-murder, kyk film yg dibintangi Harrison Ford ama Michelle Pfeiffer (Beyond apa gituh..) atau Psycho. Kalo Sixth Sense menurutku lbh ke tema psikologi sih, yaitu ttg anak Indigo. Ini pendpt dr sesama pecinta film ya...

    BalasHapus
  12. aku gak suka film horor, apapun jenisnya. bahas film komedi romantis dung

    BalasHapus
  13. whew...ternyata ada temen sesama penyuka film
    walopun aku gak suka film horor indonesia, tp aku suka bgt ntn pelem horor barat hahahaha....

    BalasHapus
  14. TErnyata...thriller tu kusangka yang berhubungan sama hantu semata...ternyata ....

    Terbuka wawasanku oleh ulasanmu....
    Bro...tengkyu.....

    BalasHapus
  15. @بوويل:
    Kekekekekk... saya mlh suka ngeliat orang pada sibuk nempelin poster... بوويل ! :-P

    @Ra M. Faizi:
    Tegang? Kena getah liki-liki? :-P

    @Ivan@mobii:
    soal horor, ya cuma segitu itu taunya saya, Bro. Tapi kalo judul pilem horor, masih bejibun. :-)

    @Fanda:
    Thx dah mengingatkan, bahwa Psycho --dan smua film 'slash and dice'-- mang didasarkan pada tema murder, dgn central villain on maniac serial killer. Dan ini masih merupakan sub genre dari horror, tepatnya horror of personality, sebuah modernisasi dari tipikal film2 horror awal (lihat: Derry, Charles (1977). Dark Dreams: A Psychological History of the Modern Horror Film. Macfarland.)

    Sixth Sense: tipe cerdas dari horror masakini, yang tidak --spt umumnya horror-- semata memancing teriakan2 kaget dlm gedung bioskop, tapi lebih mempermainkan emosi dan menggiring pada pemutarbalikan logika.

    Salut atas amatan Mbak Fanda, and thx dah berbagi...

    @Bang Soultan:
    Thx...

    @cerpenis:
    Naaaaaaa, tu dia masalahnya; komedi romantis bukan jenis pilem yang bikin aku betah duduk, hehehehe.
    Soal romantis, Bram Stocker's Dracula mungkin bisa disebut pilem horror paling romantis.
    Kalo Ghost, ini asli pilem hantu yang sama sekali ga horror, kekekekek!

    @Linda:
    waduh, kita juga seneng neh...

    @ijopunkjutee:
    Sama2... Saya merasa tersanjung, Bro.

    BalasHapus
  16. Duuuuuh Say emang top deh, ngejawab komentnya mbak fanda ampe segitunya...ck...ck...ck.
    Oiya Say mo nanya kalo friday 13th itu masuk jenis film apa yak....hehhehehehe

    BalasHapus
  17. Makasih 212x... Udah ah Yank, kuping saya dah 80% mirip kuping gajah neh! :-P

    Friday The 13th ada tuh di postingan atas, masuk thriller-horror ber'template' KILLERS, :-)

    BalasHapus
  18. Asli mas,kalau bicara masalah horor mungkin saya orang yang akan langsung pergi. Gak tertarik, coz takuuut..

    BalasHapus
  19. kakakakakkakakakak...
    iya yah bro....kakakkakakaka..
    aku nggak lihat bro, soalnya jarang yang paham sih....xixiixixiixi

    BalasHapus
  20. Kang,, ada sesuatu buat akang di blog aku,, diliat yak ^^

    BalasHapus
  21. Malem BRo....???Shoutmix kok gak ada..???NInggalin jejak disini ajah....

    Pancaroba dah berhasil tak bikin binasa....akhirnya prof unjuk kekuatan juga....:)

    Mudah2an pancaroba kan lebih ramah lagi nantinya...

    BalasHapus
  22. @ajeng:
    ga papa, asal ninggalin komeng aja, kekekek!

    @بوويل:
    Naaaaaaaa, sebbuwel deh! :P

    @YolizZ:
    Waduh, thax banget, neng...

    @ijo:
    Malem juga...
    Iya neh, sampe sekarang belum bisa2 juga bikin shoutmix, shoutbox, n shout2 yang laen...
    Alhamduli-Llah. Amin dah...

    BalasHapus
  23. hehehe... mentang2 fans iron maiden... kapan mbahas band2 heavy metal itu dengan total?

    BalasHapus
  24. Hehehehe... (juga). Mungkin kena virus "khususon" itu lho, Bro... :)

    Ngebahas total?
    Waduh, berat neh!
    Actually, I'm waitin' for that in sibahoway... :)

    BalasHapus
  25. adoh, the mist udah bocor, sef deh saya coba cari film yang mas pertelon rekomendasikan :D

    BalasHapus
  26. Wahhh sampean rumahnya depan bioskop, apa tukang nyewain dvd. he...he...he...

    BalasHapus
  27. Hehehehe...
    Yang jelas bukan tukang nyobek karcis, Mas.
    Lam kenal dah, n thx mo mampir ke sini...

    BalasHapus
  28. kakakakakakakak, bukan yang nyobek karcis ya Say....
    Oiya iron maiden grup rock ya say, tadi aku juga baca komentnya say di sibaho way.....
    sebegitu ngefanskah say ama iron maiden...?
    terus kalo yang sepultura itu yang nyanyinya nggak genah gitu ya say..?
    sorry neh nanyanya di sini mumpung ada yang mbahas grup rock yaaaah ngikutin ajah...

    BalasHapus
  29. Ghost? lumayan deh tuh film. kl yg horor ntar aku gak bisa tidur. hiiii

    BalasHapus
  30. posting nya keren.
    salam knl..

    BalasHapus
  31. @بوويل:
    Hehehee..
    Iron Maiden: band beraliran heavy metal, tepatnya pioneer di jalur New wave of British Heavy Metal.
    Sepultura: band asal Brazil bentukan duo bersaudara Max dan Igor Cavalera, beraliran thrash metalm lebih tepatnya Death Metal. Suara garang mang wajib di aliran ini. Jadi kalo Yayank biasa dengerin Kangen Band, jgn coba2 dengerin musik Sepultura, dijamin congek! Kekekekek

    @cerpenis:
    Hehehe...
    Kalo yang komedi horror, Death Becomes Her bisa jadi contohnya, Mbak.

    @My Blog:
    Thx, Bro. N lam kenal juga...

    BalasHapus
  32. sygnya gw ga suka film serem2. mending film komedi romantis deh.. dan perjuangan jg ok tuh.. ;)

    BalasHapus
  33. Ga masalah Mbak...
    Perjuangan? Ada tuh, pilemnya Bang Haji, PERJUANGAN DAN DO'A, hehehehehe...

    Thx dah berkunjung n salam kenal...

    BalasHapus
  34. Duuuuh makasih say,
    Ngrequest lagi dong yang manowar ama judas terus king diamond...hehehhehehehehe

    BalasHapus
  35. Payah dah!
    Ntar komeng malah jadi posting, kekekekek!

    BalasHapus
  36. Assalamualaikum
    Nyuwun ngapunten Kang Partelon, Gajah bunting-e tak silih yo. Mathur nuwun

    BalasHapus
  37. Aku taunya horror yah horror, ternyata bisa dikategorikan yah.... nice post bro. Salam kenal.

    BalasHapus
  38. @بوويل:
    Kekekekek (juga).
    Eh, kalo cuma mo tau sekilas Iron Maiden dan Manowar, coba cari di label sebelah ini lho Yank...

    @dwinacute:
    Wa'alaikumusslam...Monggo, monggo, Neng. Ga sekalian sama paus bengkaknya? Kekekekek..

    @Seti@wan Dirgant@Ra:
    Makasih, Bro. N salam kenal juga...

    BalasHapus
  39. Yang GAK NGUWATIN dari posting ini (setelah penjelasan luas yang yahud bin maut) ternyata ending phrase-nya: Inilah sekedar yang saya tahu... Busyet dah! Titik-titiknya itu lhooh.... Dalem banget! hehe

    BalasHapus
  40. Nyelonong! Twing:

    DRACULA-nya Ford Coppola menyentuh saya dalam bahasa drama. Drama! Bukan horor! Lihatlah Mina yang menggeliat dalam desah malam penjajahan, dalam ketakutan, cinta, gairah, ketakutan, cinta, darah.... begitu memesona. Ia menggeliat mendesah dalam kesucian anak perempuan dan melenguh dalam haus dan kekangan. Bram Stoker begitu menakjubkan. Dracula begitu anggun!

    Edisi terakhir "vampire" yang sama sekali POP POP POP dan hanya "menarik untuk ditonton dengan segelas kola dan semangkuk pop corn" adalah Twilight. Darah dalam film ini berasa strawberry! Saya tak tersentuh cita rasanya!

    Dari Indonesia: garapan thriller yang tak boleh dilewatkan mungkin Tusuk Jelangkung (2003), sequel Jelangkung yang cantik teknik kamera dan pencahayaannya. Meski film ini tak semengerikan Bangsal 13 (yang dipersenjatai Luna Maya, hehe), tapi cara lensa optic mengejar Jazz betul-betul patut diapresiasi!

    Inilah sekedar yang saya tahu... Sekedar dar dar dar dar! Betul2 DAR!

    BalasHapus
  41. Jiaaaaaaaaaa!!!
    Tambahan posting yang (juga) yahud bin maut bin marsogud!!! Kekekekek!!!
    -> Bram Stocker’s Dracula, sepakat!!!
    -> Twilight; dasarnya saya mang ga bgt minat dgn film itu. Tambah di'ceramah'in sampeyan, jadi tambah ogah :-P
    -> Tusuk Jaelangkung? Jaelangkung jualan sate? :-P
    -> Luna Maya? kalo sama dia, saya mau2 aja, semaleman pun jadi! Serah, mo di Bangsal 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, dst, ga peduli Ra, kekekekk!

    BalasHapus
  42. koMENGtar tidak jadi diposting oleh penulisnya

    BalasHapus
  43. inpo yg komplit bro dengan gaya khas partelon. genre horror yg agak jarang mungkin dari genre "master of puppets" yang biangnya adalah Chucky, boneka pembunuh, yang juga dibuat berjilid-jilid.

    Biar Chucky serem, tapi Chuck Billy dari Testament is Cool! (ngga nyambung ngga papa kan bro)

    BalasHapus
  44. Wow!!! Welcome back, Bro!
    Usulan idenya keren!!!
    Tapi secara umum, Chucky tuh sekelompok dgn Freddy Kruger (jilid demi jilid Nightmare on Elm's Street), 'iblis' pembunuh dari alam lain, so masuk juga ke kategori "THEM" keknya...

    Chuck Billy-nya Testament ma Chuky? Nyambung kok, sama2 "metal", hehehehehe...

    BalasHapus
  45. eh mas partelon fbnya itu bener

    BalasHapus