Jumat, 12 Februari 2010

PaK PaÉMUT dan PeRAWAT GaJaH…

Tak banyak yang tahu, bahwa di antara sekian banyak ‘selebritis’ kampung Sukamajujalan semacam Pak Syaikhi, Pak Sukalér, Pak Paémut, Bu Kaindong, Kang Sukatahu, Pak Lopak de el el, Pak Pak Paémut-lah yang paling berpengalaman luas. Makhluk satu ini memang getol mengadakan ‘rihlah’ ato perjalanan ke berbagai pelosok daerah bahkan sampai ke luar negeri, sehingga, dalam hal-hal tertentu, ia sering dimintai pendapat berkaitan dengan ke-sarat pengalaman-nya itu.

Dalam sebuah perjalanannya ke daerah India, Pak Paémut berkenalan dan berteman akrab dengan Epataph Poor, seorang pagawai peternakan gajah. Sehari-hari ia bertugas merawat, memberi makan sampai memandikan gajah-gajah peternakan yang jumlahnya mencapai angka puluhan itu.

Saat akan kembali ke kampung halamannya, Pak Paémut meminta teman karibnya itu untuk mengajukan sebuah tebakan yang akan ia bawa pulang sebagai oleh-oleh untuk para tetangganya.

“Baiklah, Kawan”, kata Epataph Poor sambil tersenyum. Sejenak ia diam, sebelum akhirnya mengajukan sebuah tebakan: “Ayahku punya anak yang bukan saudaraku. Nah, siapakah dia?”

Pak Paémut berusaha memikirkan jawaban tebakan itu. Akhirnya, ia berkata: “Wah! Tebakanmu hebat, kawan; tebakan yang ga murahan, berkwalitas, dan cerdas lantas! “

“Oke, oke. Lalu siapa dia?” tanya Prataph Poor.

“Na, itu dia yg aku ga bisa jawab, hehehe…” kata Pak Paémut sambil terkekeh. “Ya udah, nyerah deh. Trus, apa dong jawabannya?”

“Dia itu adalah… AKU ini! Hehehe…”

***

Sesampainya di Desa Sukamajujalan, sebagaimana layaknya seseorang yang baru pulang dari perjalalanan jauh, banyaklah kerabat, tetangga dan handai taulan yang berkunjung dan menziarahi Pak Paémut. Mereka berkerumun di sekitar pria paruh baya itu untuk mendengar cerita-cerita tentang pengalamannya selama berada di tanah seberang.

“Coba kalian dengar baik-baik. Aku punya tebakan hebat. Dan jangan pernah mengaku cerdas kalo ga bisa menjawab tebakanku ini” kata Pak Paémut. “Begini: ‘Ayahku punya anak yang bukan saudaraku. Nah, siapakah dia?’. Hayooooo?!”

Banyak dahi berkerut, sama banyak dengan lontaran jawaban yang diajukan. Namun tak satupun yang menurut Pak Paémut benar. Akhirnya, dengan senyum kemenangan Pak Paémut menjawab sendiri tebakannya: “Dia itu adalah… perawat gajah berkebangsaan India bernama Epataph Poor. Dan dia itu teman akrabku lho!”

Diolah dari Adzraf adz-Dzurafa’ karya Muhammad Sa’id Abd. Ghani, diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengan judul Tertawa Bersama Nashruddin Joha (Rembang: Pustaka Anisa, 2005), hlm. 12-13.

10 komentar:

  1. Wooowww asyiiikkk 'merawati'... kekekekekeke!!!

    BalasHapus
  2. Upppsss 'Merawati' dulu maksudnya... :-)

    BalasHapus
  3. wakakakakakakaak!!! Pak Paemutnya lugu yak...

    BalasHapus
  4. Hussss.... jgn bilang "merawati", ntar dikira "ibu" itu, hihihi...
    Btw, Pak Paemut mang ga mau mendistorsi sebuah riwayat, hahahahahahahahahahaha!

    BalasHapus
  5. Astaga Pak Paemut... kok jadi melenceng gitu ya jawaban dari teka-tekinya. Meski sudah melanglang buana kemana-mana, tapi ternyata pak Paemut tetap aja lugu.... hehehe

    BalasHapus
  6. Hehehe..gak mau mendistorsi riwayat? Walah..

    BalasHapus
  7. mungkin Pak Paemut termasuk ahli Hadist; tidak lupa menyebutkan "sanadnya". hehehe...

    BalasHapus
  8. ciri khas santri mimagn harus merasa penting dengan silsilah. miiimang lantas.

    BalasHapus
  9. @Reni: Iya, Mbak; "lugu" meang agak mahal belakangan ini, hehehe...
    @Ajeng: Yups! ;-)
    @(Nak)Apokpak: mOmkin... ;-)
    @(Ra)M.Faizi: Laaaaaaaaaaaaaaaaaaaa... Ini koMMen yg "almajmouah alkamelah" lantas, hahahahaahahaha!

    BalasHapus
  10. Wew, PaÉMUT akrab dengan epatappor onggu mon nga' itu keluguannya. Wakakakak.. Cangkolang, ngampong lebet.

    BalasHapus