Rabu, 11 Februari 2009

GAJAH-KU, GAJAH-MU, GAJAH-NYA, (bukan) GAJAH KITA

Ada sebuah kisah lama (terus membayaaangiiii, nyata dalam lensa mata iiniii... God Bless: Trauma, 1988), tentang 3 orang buta yang ngebet pingin tau 'sendiri' makhluk yang namanya "gajah". Mereka ini -sebut saja Butawan (tp bukan yang berarti banyak uangnya, ya?), lalu Butatu (tanpa didampingi Paktatu) dan Butatri (gak ada hubungannya sama sekali dengan salah satu jenis jabatan politis negeri ini)- ga puas (ato mungkin ego besar yang ga ngijinin) jika tahu tentang gajah hanya lewat bertanya -konon lagi 'berguru'- pada orang lain yang 'ahlihi'; atau jika hanya lewat 'tabayyun' apalagi 'fas-alū ahladz-dzikri'.

Singkat kata singkat cerita, ke-tiganya pun berangkat (dengan diantar tentunya) ke kebun binatang terdekat (kalo terjauh, kan gak efektif dan efisien?!).

Selanjutnya, di kebun binatang terdekat (disingkat KBT aja) itu mereka dibawa ke seekor gajah afrika jinak (tapi gede ajrunggut kayak gambar di atas) dan masing-masing dipersilahkan untuk 'melihat' dan 'mengenal' figur' yang bagi mereka selama ini hanya menjadi "infinite dreams (Iron Maiden, 1988)". Maka, dengat penuh semangat '45 (karena waktu itu sudah jam 4 lewat 5) dan dengan savety guarantee dari pawang si gajah, mereka mendekati si gajah dan mulai "mempelajari"nya dengan cara meraba-raba (eits, jangan ngeres dulu, bleh!), sesuai dengan keterbatasan masing2.

Butawan (yang posturnya paling jangkung) mampu meraba telinga si gajah.











Butatu 'hanya' mampu meraba kakinya.












Butatri (yang mendekat dari arah belakang) 'hanya' kebagian meraba-raba ekornya (coba ke depan dikit, hiiiii...)











Karena mepetnya waktu berkunjung (dan halaman blog ini), ketiganya pun segera pulang dari KBT dengan berbekal "ilmu tentang gajah" di benak mereka masing2.

Dalam perjalanan pulang, Butawan, yang tadi 'melihat' gajah sebagai selembar telinga, menggerutu: "Bah, orang-orang kampung kita bego semua. Gajah yang mereka bilang besar, berat, segede rumah, macem-macem-lah! Eh, ternyata gajah itu cuma selembar daging tipis yang sedikit lebih besar dari tetampah (talam) di dapur Mak Tinu!"

"What, Mister?" Butatu melengak kaget (seraya meminjam istilah 'maskot'nya kormeddal), "Ente juga lumayan bego, ya? Jangan2 di KBT tadi ente bukan megang gajah?! Orang2 kampung gak sepenuhnya salah, lho. Mereka cuma perlu 'pencerahan' aja, kok. Bahwa gajah mang besar tapi gak sampe segede rumah, lah. Maksimal, kayak batang pohon kelapa, gitu!"

"Hehehe..." terdengar Butatri tertawa 'takdzim'. "Sori, kawan. Kalian berdua plus orang2 kampung sana sama ngaconya. OMGPDA (O, My God. Pliiis dong ah)! Sesama bego dilarang saling mendahului! Parah, parah.... Gajah itu, yang bener ni ya, cuma segede jempol kaki kita, pake acara pasang bulu lagi!!"

"Ah, ente tu yang be-o-de-o, BODO!"

"Lalu, ente sendiri gak lebih bodoh?"

"(sensor)".......

Dan "yaskhor" pun menjadi ramai, rasa paling benar menjadi laku, di sepanjang jalan, di sepanjang waktu, "long roads, long days, of sunrise to sunset" (Iron Maiden: Wasting Love, 1992)

Begitulah (aw kamā qīla)... Nah, kira-kira, ada yang salah ga ya dari mereka?!

Image: African Bush Elephant.
Copyright 2006_National Geographic Society
@www.nationalgeographic.com.
Photograph by Beverly Joubert.

18 komentar:

  1. Ga ada yang salah, Ra. Soal beda perspektif aja, kali. Kata teman saya yang fotografer, beda angle doang, gitu dech.
    Pas kita jalan-jalan, kita ngeliat ED dari belakang, maunya ngerangkul, meluk... atawa paling tidak menyapa "hai cewek.. aduh plis dech, jangan mahal gitu ah!" .
    Tapi kalau ketemunya (pertemuan pertama) berhadapan, dekat kuburan angker, tengah malam, dijamin lari gigi 17! KECUALI Z.V.H 212 yang ketemu, mungkin larinya ke depan, alias mendekat ED, menanyakan album I.M berikutnya :D kalo saya ketemu dia, saya minta dia demo betot Bass :D
    Miss U, Ra... (="<*>"=)

    BalasHapus
  2. Makasih, makasih.... Eh, kalo ketemu ED, mintain nomr HPnya, hehehehehe

    BalasHapus
  3. yang salah kita kalau ikut2an salah satu dari yang 3 orang itu, atau menyalahkan gajahnya, ia sendiri mau kok diraba-raba

    BalasHapus
  4. @K.Apik:
    nyerah deh kalo sama ahlur raba-raba, hehehe. Eh, Spider-man kan Manusia Raba-raba ya Keh?!

    @Ra Alily Zorro:
    Jhin sapparah dhuli angkaa'agi, pon tak sappar se adantos!! :D

    Thx utk semuanya.

    BalasHapus
  5. Salam Metal, mas!

    itu namanya tiap orang punya persepsi yg berbeda ttg sesuatu hal. That's why, kita harus saling menghormati pendapat dan persepsi masing2 orang. Ya, gak?

    BalasHapus
  6. Metal juga.
    Butul, butul sukali. Krn sgt mgkin kita 'melihat' sesuatu dgn ga utuh.
    Ok, silahkan di add (kali aja dapat award juga, :D).
    Trims.

    BalasHapus
  7. Apa bedanya gajah afrika dengan gajah partelon?

    BalasHapus
  8. OMGPDA (O, My God. Pliiis dong ah) yg salah tu yg bikin postingan ngahahaha

    BalasHapus
  9. Ra, foto profilnya diubah, ya?
    koq yang sekarang senyum. Asyik juga, tuh... :))

    BalasHapus
  10. Saya heran, kenapa gajahnya mau diraba? Geli atau enak? Jika kita yang tidak buta, enakan ngraba atau cukup melihat? apanya dulu dong?

    BalasHapus
  11. @ra zaQien:
    letak perbedaan gajah afrika dengan gajah yang di partelon (dan di jalan cinta, kormeddal, sandal liliy, jalanhakikat, tastabun dsb) adalah pada posisi "belalainya"! :D

    @namaku wendy:
    UKMPDA: Upilnya ketinggalan, mbak. Pliis dong ah!

    @ra jalanhakikat:
    ya, ra. biarpun backgroundnya gelap, tp gak terkesan "fear of the dark", :D

    @K. Abd. A'la:
    ada yang "sensitif" dengan cukup dilihat, tp ada juga yang baru me"respon" jika diraba. Lerres Kaktoan? :D

    BalasHapus
  12. "@ra jalanhakikat:
    ya, ra. biarpun backgroundnya gelap, tp gak terkesan "fear of the dark", :D"

    Addduuu.. Ampon nganthang pole loranah ka'dintoh... :))

    BalasHapus
  13. Hehehe... mun "e panceng" ya paggun "ngultop", Ra :D

    BalasHapus
  14. memang pandangan orang berbeda beda sesuai dengan ilmunya...

    BalasHapus